What a wonderfull day...!!!

Senin, 5 Mei 2008, Jam di komputerku baru saja menunjukkan angka 09.45wib, ketika kegaduhan suara terdengar di seluruh penjuru ruangan kerja. Suara ketukan hak sepatu "kelinci-kelinci kantor" hilir mudik, bolak balik, keluar masuk, bak setrika listrik yang merapikan pakaian lusuh. Mungkin kalau lantai bisa bicara, capeee deeehh...!!! Belum lagi ditambah suara cempreng yang keluar seperti kenék bus Metromini jurusan Pasar Minggu - Blok M yang lagi ngetém kejar setoran.

"Ipuuulllll, kemana dia, bego tuh anak, jam segini belom ada kopi, teh, susu diatas meja gue..., ntar gue pecat tuh anak blo'on yang gak tau etika," Hardik seseorang di dalam ruangan direktur operasioonal PT. Buju Buneng & Partner.

Suara itu tidak samar-samar terdengar, bahkan cendrung meledak keras seperti halilintar menyambar "pohon-pohon nyiur" yang sedang berselancar di dunia maya membuka cakrawala senin pagi yang indah, penuh dengan pengharapan menjadi karyawan teladan yang selalu bisa di andalkan perusahaan.

Tapi, ngimpi apa si Saipul ini, pria jomblo dari Gunung Kidul yang belum setahun bekerja, dan lagi keringet dibaju gembel itu kering, bau kelék badannya juga masih so stoong, so please deh ah... "Tuhan mohon diberikan perlindungan bagi hambaMu yang hina ini," pintanya dalam hati yang paling dalam dan penuh pengharapan.

"Hei jongos sini lo, ini sudah kali kedua lo gak disiplin dikantor," kata si Raja minyak kecil itu. "Kemarin lo beliin gue nasi Padang pakai lauk rendang sama paru, padahal gue pesen telor dadar sama kuah rendang, apa lo mau bikin gue bangkut yah, barangkali lo mau korupsi biar dapet komisi dari rumah makan padang karena lo udah belanja banyak disana." kejarnya. "Lo mau, gue laporin KPK. biar dipenjara 15 taon." Bentaknya lagi.

"Weks, komisi, korupsi, KPK..., makanan Padang,... 15 tahun penjara," pikir Saipul. "Ancur banget nasib gue gara-gara Dasril si tukang nasi Padang yang budék itu," protesnya. "Udé tau gue pesen telor dadar ama kuah rendang... kenapa yang dibungkusin malah rendang ama paru..!?" katanya dengan menggerutu.

Tapi apapun kesalahan yang terjadi, si Ipul ini tetap saja tabah menghadapi dengan sabar tanpa membela diri dan meyalahkan si Dasril budék itu. Dengan perasaan iklhas 100% kepada Sang Maha Pencipta, si Ipul menghadap Bapak Ir. Bedul Bechul SH, MM, Msc. "Maaf pak, semua ini kesalahan saya karena tidak memeriksa lagi pesanan Bapak dulu, mengenai kopi, teh, susu memang sudah saya siapkan untuk Bapak, tapi ruangan di kunci Bapak tadi malam dan saya belum bisa membuka ruangan karena kunci di bawa Bapak." Jelasnya tanpa ragu.

"Gubrakkkk," sontak si Pak Bedul Bechul memukul mejanya yang lebar dan penuh dengan kertas, buku, pena, dan penggaris itu. "Sudah tau salah, kenapa kamu tidak minta ke saya waktu pulang kemarin malam," bentaknya. "Lantas, kenapa kamu tidak telpon rumah dan ambil kuncinya dirumah, heh," Tegasnya. "Tapi pak, rumah Bapak kan di Priok, dan saya tidur dan jaga kantor di Ciganjur, Jagakarsa, apakah tidak sebaiknya saya menunggu Bapak datang saja, setelah itu saya langsung siapkan kopi, teh dan susu yang masih hangat di meja Bapak." tandasnya.
"Sudah, jangan banyak membantah, apapun yang terjadi mau dunia runtuh, gempa bumi ataupun tsunami, saya mau kopi, teh, susu harus tetap ada di meja saya sebelum saya datang, titik." tegasnya.
"Baik pak, akan saya laksanakan." sahut Ipul dengan muka tertunduk lesu. "Pergi, sana.!!! Saya sudah cukup dengan kamu." bentaknya.

Selasa, 6 Mei 2008, pukul 09.00wib, ketika aku baru saja tiba dikantor suasana sepi, tenang dan tentram. Tak ada satupun suara terdengar. Namun kulihat "kelinci-kelinci kantor" dan "pohon-pohon nyiur" sedang berkerumun di depan ruangan Pak Bedul Bechul. Terlihat kaca ruangannya pecah berantakan, ada sebongkah batu bata tergeletak diatas meja Pak Bedul dekat dengan deretan kopi, teh dan susu yang masih hangat serta ada secarik kertas di atasnya bertuliskan... "Pak, kopi, teh dan susu hangatnya sudah saya siapkan, ohya kemarin Bapak masih membawa kuncinya kerumah. Jadi mohon maaf kalau saya masuk lewat jendela ruangan Bapak. Mengenai kerusakan kaca jendelanya akan saya ganti dengan potong gaji saja. Salam hormat selalu Saipul bin Maut."

Senin, 12 Mei 2008, pukul 09.55wib, "Roniiiiiiiii, kemana dia, bego tuh anak, jam segini belom ada kopi, teh, susu diatas meja gue..., ntar gue pecat tuh anak blo'on yang gak tau etika," Hardik seseorang di dalam ruangan direktur operasioonal PT. Buju Buneng & Partner. Memulai pagi yang indah dan penuh warna. "What a wonderfull day........!!!"
Read more